Social Commerce: Definisi dan Contoh di Indonesia
Social commerce adalah istilah baru yang mulai terkenal sekitar satu atau dua tahun terakhir. Meski sekitar 52% orang sudah mengenal istilah social commerce, berdasarkan survei social commerce oleh Populix, responden memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai apa itu social commerce.
Oleh karena itu, di artikel ini, kami akan membahas serba-serbi social commerce secara lebih mendalam.
Apa itu social commerce?
Ketika mendengar kata ‘social’ tentunya yang langsung terpikirkan dalam benak Anda adalah platform media sosial seperti Facebook, Instagram dan TikTok. Namun, akhir-akhir ini, platform media sosial mulai berubah fungsi menjadi platform jual-beli. Oleh karena itu, beberapa platform media sosial menambahkan fitur-fitur tertentu untuk memfasilitasi proses jual-beli sehingga muncullah istilah social commerce.
Caption: Survery yang dilakukan Populix perihal Social Commerce
Social commerce sendiri merupakan penggunaan platform media sosial tersebut untuk menjual jasa atau produk. Model penjualan social commerce bersifat end-to-end dimana pelanggan dapat melakukan transaksi tanpa meninggalkan aplikasi media sosial, dan tanpa memaksa pelanggan untuk berpindah platform.
Dengan social commerce, Anda dapat melakukan semuanya dalam satu aplikasi:
Riset produk
Menemukan brand
Berinteraksi dengan customer support
Melakukan pembayaran
Menerima update pengiriman
Beberapa media sosial sendiri telah mendesain aplikasi mereka untuk memfasilitasi kebutuhan brand untuk melaksanakan social commerce. Diantaranya:
Facebook Shop
Instagram Shop
TikTok Shop
Selain media sosial, penjualan melalui aplikasi chat seperti WhatsApp dan LINE juga dapat disebut sebagai social commerce. Pasalnya, aplikasi chat juga digunakan sebagai media sosial dimana terdapat fitur seperti stories dan timeline. Kedua aplikasi chat yang disebutkan di atas juga sudah merilis fitur-fitur untuk melaksanakan social commerce seperti fitur katalog pada WhatsApp dan fitur LINE Shop.
Berdasarkan riset yang dijalankan oleh Populix, TikTok Shop dan WhatsApp adalah dua channel penjualan social commerce paling populer di Indonesia.
Apa perbedaan social commerce dengan e-commerce?
E-commerce sendiri merupakan istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan proses jual-beli melalui internet. Sehingga, platform apa pun yang digunakan, selama ia dilakukan secara daring, maka ia disebut sebagai e-commerce. Social commerce pun dapat dikatakan sebagai e-commerce
Biasanya, ada dua model yang sering dibicarakan ketika berbicara tentang e-commerce. Yaitu, melalui marketplace atau melalui website e-commerce milik sendiri. Marketplace sendiri merupakan situs pihak ketiga yang menyediakan berbagai produk dari berbagai penjual. Contohnya adalah Tokopedia, Shopee, Amazon dan lain-lain.
Brand bisa membuat website milik mereka sendiri untuk menjual barang dan jasa kepada pelanggan dengan menggunakan website builder seperti Shopify, Magento atau WooCommerce.
Tentunya, berjualan langsung menggunakan website sendiri seringkali dianggap lebih menguntungkan dibandingkan berjualan melalui marketplace. Hal ini karena bisnis dapat dibebaskan dari biaya komisi yang kepada marketplace. Namun, di sisi lain, ketika berjualan menggunakan website sendiri, bisnis harus memasarkan website mereka sendiri dan mengelola transaksi sendiri. Selain itu, bisnis juga harus tanggap jika terjadi gangguan teknis terhadap website mereka.
Apa kelebihan social commerce?
Social commerce dapat menjadi opsi alternatif yang menguntungkan bagi berbagai jenis bisnis. Social commerce sendiri unggul dalam beberapa aspek jika dibandingkan dengan berjualan di marketplace atau berjualan dengan website e-commerce sendiri.
1. Social commerce dapat menjangkau konsumen yang lebih luas
Dilansir dari DATAREPORTAL, 167 juta masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Mereka menghabiskan waktu yang cukup lama di media sosial. Terutama:
WhatsApp: 29 jam 6 menit per user per bulan
TikTok: 29 jam per user per bulan
YouTube: 26 jam per user per bulan
Instagram: 15 jam 24 menit per user per bulan
Facebook: 14 jam 36 menit per user per bulan
Banyaknya jumlah audience yang berada di masing-masing platform media sosial ini menjadi keuntungan tersendiri bagi bisnis yang dapat memanfaatkannya sebagai platform jual-beli atau dengan kata lain, social commerce.Social commerce lebih mudah digunakan
Di satu sisi, membuat website sendiri memang menguntungkan. Tapi ada banyak hal yang perlu diperhatikan ketika berjualan melalui website milik sendiri, termasuk pengelolaan transaksi dan faktor teknis dalam berjalannya website.
Oleh karena itu, social commerce dapat menjadi opsi alternatif untuk memfasilitasi transaksi dengan pelanggan tanpa keahlian teknis. Karena bisnis dijalankan di platform media sosial yang sudah ada, maka bisnis tidak perlu lagi mengurusi hal-hal teknis.
2. Social commerce memfasilitasi hubungan dua arah
Transaksi online terasa kurang personal karena dalam transaksi online, Anda tidak dapat berhubungan langsung dengan konsumen. Oleh karena itu, sulit membangun loyalitas pelanggan dalam bisnis e-commerce. Tapi, hal ini dapat dijembatani oleh social commerce.
Transaksi dalam social commerce biasanya diawali dari komentar calon pelanggan di posting media sosial Anda. Hal ini memberikan kesempatan bagi bisnis untuk membalasnya melalui direct message (DM) dan terjadilah hubungan dua arah antara bisnis dan calon pelanggan. Jika bisnis Anda dapat memberikan customer experience yang baik dalam chat, maka sudah tentu pelanggan tersebut akan menjadi pelanggan setia bisnis Anda.
Contoh social commerce di Indonesia
Social commerce di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan mencakup berbagai platform. Berikut adalah beberapa contoh platform social commerce yang sangat populer dan sering digunakan oleh orang di Indonesia:
Tokopedia: merupakan salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia yang juga memiliki fitur social commerce, di mana pengguna dapat membuka toko online dan memanfaatkan fitur sosial untuk mempromosikan produk mereka.
Shopee: merupakan platform e-commerce yang juga memiliki fitur social commerce dengan fitur seperti Shopee Live dan Shopee Feed, yang memungkinkan penjual dan pembeli untuk berinteraksi dan mempromosikan produk mereka.
Bukalapak: juga merupakan platform e-commerce dengan fitur social commerce yang memungkinkan pengguna untuk mempromosikan produk mereka melalui fitur sosial seperti Bukareview dan Bukamoment.
Instagram Shopping: fitur ini memungkinkan pengguna untuk menjual produk melalui Instagram dengan menandai produk dalam postingan mereka dan mengarahkan pengguna ke halaman pembayaran.
Facebook Marketplace: adalah platform social commerce yang memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual produk di dalam jaringan sosial Facebook.
Lazada: merupakan platform e-commerce yang juga memiliki fitur social commerce melalui fitur seperti Live Streaming dan KOL (Key Opinion Leader) endorsement.
Blibli: juga merupakan platform e-commerce dengan fitur social commerce yang memungkinkan pengguna untuk mempromosikan produk mereka melalui fitur sosial seperti Blibli Stories dan Blibli Review.
Tiktok: Salah satu platform social commerce yang sangat digandrungi oleh konsumer di Indonesia karena TikTok juga memiliki fitur-fitur yang memungkinkan pengguna untuk membeli produk langsung dari aplikasi TikTok. TikTok telah meluncurkan fitur "TikTok Shop" yang memungkinkan pengguna untuk berbelanja produk dari brand-brand terkemuka dan juga dari pengguna TikTok lainnya. TikTok Shop memungkinkan pengguna untuk menemukan produk-produk baru, meninjau produk, dan melakukan pembelian langsung dari aplikasi TikTok. Sehingga, dapat dikatakan bahwa TikTok termasuk dalam kategori social commerce karena menyediakan fitur belanja di dalam platformnya.
Itulah beberapa contoh platform social commerce yang populer di Indonesia. Namun, masih ada banyak lagi platform social commerce lainnya yang dapat ditemukan di Indonesia.
Tantangan dalam implementasi social commerce
Meski memiliki banyak keunggulan, ada juga tantangan-tantangan yang muncul ketika bisnis memilih untuk mengimplementasi strategi social commerce.
1. Mengelola banyaknya percakapan dengan pelanggan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, salah satu keuntungan social commerce adalah mempermudah komunikasi dua arah dengan pelanggan. Meski begitu, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, semakin terkenal bisnis Anda, semakin banyak pula komentar atau chat yang masuk. Anda harus tetap bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan cepat. Jika tidak, pelanggan akan kecewa dan mungkin akan membatalkan niat untuk belanja.
2. Mengelola stok barang
Semakin meningkatnya traffic penjualan, maka akan semakin sulit untuk mengelola inventaris. Bayangkan situasi di mana ada dua calon pelanggan yang menghubungi media sosial Anda di waktu yang bersamaan dan dilayani oleh dua admin yang berbeda, sedangkan stok tinggal satu. Dua admin tersebut harus selalu terhubung untuk menghindari terjadinya overselling. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mengecewakan pelanggan.
3. Mengelola data pelanggan
Sebagai bisnis, Anda tentu ingin mencatat data pelanggan agar Anda dapat menghubungi mereka di kemudian hari untuk mengirimkan promosi atau launching produk baru. Jika Anda memiliki website sendiri, biasanya Anda sudah pasti akan memiliki sebuah formulir pemesanan sehingga secara otomatis data pelanggan akan tersimpan. Namun, ketika Anda menjalankan social commerce, pengelolaan data pelanggan bisa jadi terlewatkan.
Integrasikan semua channel percakapan di dalam satu platform
Kolaborasi dengan tim untuk meningkatkan produktivitas dalam chat
Jalankan strategi social commerce Anda dengan SleekFlow
SleekFlow merupakan platform omnichannel customer relationship management (CRM) yang dapat membantu Anda menerapkan strategi social commerce Anda.
Dengan SleekFlow, Anda dapat mengintegrasikan chat dari semua platform social commerce yang Anda gunakan, mulai dari Facebook, Instagram hingga WhatsApp atau LINE, ke dalam satu inbox. Kemudian, Anda dapat memberikan akses ke inbox tersebut kepada banyak admin agar semua dapat berkolaborasi di satu tempat.
Selain itu, SleekFlow juga dapat menyimpan data pelanggan secara otomatis. Misalnya, Anda ingin menyimpan nomor telepon, email dan alamat pelanggan. Anda dapat membuat otomasi data capture untuk menyimpan semua data tersebut ke dalam platform SleekFlow.
Selanjutnya, Anda juga dapat melakukan segmentasi pelanggan berdasarkan data tersebut. Contohnya, Anda ingin membuat segmentasi pelanggan yang berdomisili di Depok, Anda cukup membuat otomasi untuk menambahkan setiap pelanggan yang berdomisili di Depok ke dalam sebuah list.
Anda kemudian dapat mengirimkan broadcast ke pelanggan yang masuk ke dalam segmentasi tertentu. Misalnya, Anda ingin mengirimkan promosi khusus untuk pelanggan yang berdomisili di Depok. Anda dapat mengirimkan broadcast ke segmentasi tersebut, tanpa mengirimkannya ke pelanggan yang berdomisili di luar Depok.
Kesimpulan
Secara garis besar social commerce dapat memberikan sejumlah kemudahan dan menjadi alternatif yang lebih mudah dan terjangkau baik dari segi teknis hingga operasionalnya. Anda juga bisa menambahkan social commerce untuk melengkapi e-commerce yang sudah Anda jalani untuk memaksimalkan penjualan Anda.
Social commerce akan menjadi pilihan tepat bagi bisnis kecil Anda untuk lebih relevan dengan pasar Anda dengan memanfaatkan sejumlah integrasi dari media sosial, sedangkan pada bisnis enterprise social commerce dapat membantu Anda untuk menjangkau pelanggan lebih luas lagi.
Konsultasikan kebutuhan bisnis Anda dengan tim kami
Bagikan Artikel