5 Tips Kolaborasi AI dan Human Agent untuk Bisnis Anda

5 Tips Kolaborasi AI dan Human Agent

Sejak kemunculannya, kecerdasan buatan (AI) telah menciptakan berbagai peluang sekaligus tantangan baru. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah AI mampu menggantikan peran human agent dalam memberikan layanan pelanggan yang efektif ataukah masih ada ruang bagi interaksi manusia yang personal.

Bagi pelaku bisnis di Asia Tenggara, yang memiliki keberagaman budaya dan preferensi pelanggan yang beragam, keputusan untuk mengadopsi AI memerlukan pertimbangan matang antara efisiensi dan kualitas customer experience

Apakah pelanggan sepenuhnya memercayai AI dan bagaimana sebaiknya bisnis merancang pengalaman AI yang sesuai ekspektasi pelanggan? Temukan pembahasan selengkapnya di bawah ini.

Siap untuk membuat bisnis anda berkembang dan lebih sukses?

Kembangkan bisnis anda lebih baik dan efisien dengan Sleekflow

Apakah pelanggan memercayai interaksi berbasis AI?

robot finger

Laporan dari Capgemini menunjukkan bahwa 54% pelanggan menjalin interaksi berbasis AI dengan brand setiap harinya. Temuan ini menunjukkan bahwa pelanggan semakin terbiasa dengan AI dan menganggapnya sebagai bagian dari pengalaman berbelanja atau berkomunikasi mereka.

Kemudian, 49% dari pelanggan tersebut merasa bahwa interaksi mereka dengan AI dapat dipercaya. Rasa percaya ini seringkali bergantung pada seberapa efektif AI dalam menyelesaikan masalah pelanggan dengan cepat dan akurat.

Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa meskipun banyak yang sudah merasakan manfaat AI, ada tantangan bagi bisnis untuk terus membangun rasa percaya melalui pengembangan sistem yang lebih humanis dan personal.

Perbedaan budaya dalam adopsi AI di Singapura, Malaysia, dan Indonesia

people holding their phones

Singapura, Malaysia, dan Indonesia memiliki sedikit perbedaan perilaku dan budaya dalam mengadopsi AI. Berikut pembahasannya secara singkat:

Singapura

Singapura menunjukkan kesiapan tinggi dalam mengadopsi AI berkat dukungan pemerintah yang kuat. Negara ini juga menunjukkan komitmen untuk menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi, mengoptimalkan layanan, dan mendorong inovasi, contohnya di sektor pendidikan, smart city, dan layanan publik. 

Singapura juga telah mengembangkan kebijakan terkait AI, termasuk penggunaannya. Ini tercermin dari posisinya di Government AI Readiness Index 2022 yang disusun oleh Oxford Insights, yaitu peringkat kedua global. 

Malaysia

Malaysia, meski sedikit tertinggal dibandingkan Singapura, juga menunjukkan perkembangan dalam adopsi AI. Pemerintah Malaysia telah mengembangkan kebijakan terkait AI. 

Namun, dengan peringkat 29 dalam Government AI-Readiness Index 2022, adopsi AI di Malaysia masih dalam tahap awal jika dibandingkan dengan negara tetangganya. 

Indonesia

Indonesia, yang berada di peringkat 43 dalam Government AI-Readiness Index 2022, menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hal adopsi AI dibandingkan Singapura dan Malaysia. 

Budaya bisnis di Indonesia masih relatif berhati-hati dalam mengintegrasikan AI, meskipun semakin banyak perusahaan yang mulai melihat potensi AI dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka.

Bagaimana sebaiknya bisnis merancang pengalaman AI yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan?

Bisnis perlu mengintegrasikan AI dengan cara yang relevan agar bisa memberikan pengalaman yang efisien sekaligus membangun rasa percaya pelanggan. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencapainya antara lain

  • Pahami kebutuhan pelanggan — Gunakan data dan analitik untuk memahami preferensi dan kebutuhan pelanggan, kemudian rancang solusi AI sesuai kedua aspek tersebut, bukan sekadar mengikuti tren.

  • Personalisasi customer experience — Gunakan AI untuk memberikan rekomendasi dan saran yang dipersonalisasi berdasarkan perilaku pelanggan dan tingkatkan relevansi penawaran dari waktu ke waktu.

  • Integrasi dengan sistem lain — Pastikan AI terintegrasi dengan baik ke dalam ekosistem yang ada, seperti CRM atau platform e-commerce agar alur kerja lebih efisien.

  • Optimalkan interaksi — Gunakan AI untuk meningkatkan kecepatan layanan pelanggan, seperti AI agent atau AI chatbot.

  • Pastikan keamanan dan privasi data — Pelanggan harus merasa aman karena data mereka terlindungi saat berinteraksi dengan sistem berbasis AI, jadi pastikan AI mematuhi standar keamanan dan privasi yang ketat.

Masa depan kolaborasi AI-manusia dalam customer service

limitation of ai customer support

Perkembangan AI juga menyentuh aspek-aspek penting bisnis, salah satunya customer service (CS). Kolaborasi dapat tercipta antara teknologi AI dengan agen CS manusia. Dalam kolaborasi ini, AI tidak sepenuhnya menggantikan manusia, melainkan saling melengkapi.

Kolaborasi tersebut memungkinkan kedua pihak untuk berfungsi secara optimal. AI dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara real-time pada agen, sedangkan agen dapat menambahkan sentuhan empatik yang hanya bisa diberikan oleh manusia.

Conversational AI, yang biasa digunakan di sistem CS, juga akan semakin berkembang dalam membantu agen untuk menangani interaksi pelanggan secara otomatis. Gartner memprediksi bahwa 1 dari 10 interaksi agen akan diautomasi pada tahun 2026, dengan estimasi peningkatan interaksi 1,6% dibanding sekarang.

Seiring berkembangnya kolaborasi AI-manusia ini, bisnis bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan efektivitas alur kerja dan memberikan pengalaman yang lebih personal kepada pelanggan.

Lihat bagaimana AI SleekFlow bekerja

Jelajahi bagaimana Anda dapat mengadopsi Generative AI untuk kebutuhan komunikasi bisnis Anda hanya dengan sedikit data dan waktu persiapan.

Bagikan Artikel

Rekomendasi untuk Anda

Bisnis berkembang dengan SleekFlow

Mulai sekarang dan tingkatkan cusomer engagement Anda. Gratis!